KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “TASAWUF HAMKA”. Shalawat dan salam
semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Setiap muslim di
belahan dunia manapun berharap akan syafaatnya kelak di hari kiamat.
Penulis
menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan, baik dari segi
isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut, akan
penulis terima dengan senang hati. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Akhirnya,
tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan makalah ini penulis
telah mencurahkan semua kemampuan, namun penulis sangat menyadari bahwa hasil
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan
referensi maupun kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Langsa,
14 Juni 2013
Kelompok 14
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 2
A.
Riwayat Hidup Hamka........................................................................... 2
B.
Pemikiran Hamka Tentang
Tasawuf....................................................... 3
C.
Corak Pemikiran Tasawuf
Hamka........................................................... 4
D.
Karya-Karya Tulis Hamka....................................................................... 4
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 8
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana kita
ketahui bersama, bahwa banyak sekali kaum Shufi yang mengatakan dan
mendefinisikan ilmu tasawuf yang intinya menyatukan dirinya dengan Allah dan
mengharuskan untuk meninggalkan kehidupan yang terkait dengan kehidupan dunia.
Meraka terlalu takut akan ancaman Allah terhadap orang yang lebih mementingkan
dunia ketimbang kehidupan akhiratnya. Seperti misalnya Ibnu Khaldun yang
mendefinisikan tasawuf itu adalah orang yang tekun beribadah dan memutuskan
hubungan dengan segala sesuatu selain Allah SWT.
Dari pengertian
itulah, umat Islam mempunyai anggapan bahwa mereka akan bertasawuf dengan
meninggalkan kehidupan dunia. Padahal Islam sebenarnya tidak mengharap seperti
itu, akan tetapi seharusnya ada keseimbangan antara dunia dan akhirat, sehingga
umat Islam tidak lemah ekonominya. Kalau umat Islam sudah lemah ekonominya maka
yang jelas, umat Islam itu akan mengurangi rasa solidaritasnya antar umat
Islam, sehingga persatuan dan kesatuan umat Islam tidak tercapai bahkan akan saling
memusuhi sesamanya.
Karena itulah, lahirlah seorang Hamka yang membawa konsep baru dalam dunia
tasawuf dan Hamka tahu betul akan kondisi umat Islam saat ini, karenanya beliau
menganggap hubungan sesama manusia juga merupakan urusan dirinya bahkan beliau
berkata dalam bukunya “Negara itu ialah diri, dan diri ini ialah Negara”.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup Hamka
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) di lahirkan di tanah sirah, sungai
batang di tepi danau maninjau, tepatnya pada tanggal 13 Muharam 1362 H,
bertepatan dengan 16 Februari 1908. Ayahnya adalah Abdul Karim Amrullah. Ayah
Hamka termasuk keturunan Abdul Arief, gelar tuanku Pauh Pariaman atau Tuanku
Nan Tuo, salah seorang pahlawan Paderi. Tuanku Nan Tuo adalah salah seorang
ulama yang memainkan peranan penting dalam kebangkitan kembali pembaharuan di Minang
Kabau, dan sebagai guru utama Jalal Ad-din. Kondisi kesosialan keagamaan pada
masa Hamka menuntut adanya pemikiran pemikiran baru yang membawa ummat pada
ajaran Al-Qur’an dan hadits yang lurus, yang tidak bercampur dengan adat
istiadat. Hamka mengawali pendidikannya dengan belajar membaca Al-qur’an di
rumah orang tuanya pada malam hari di umur ke 6 tahun. Pada usia 7 tahun
Hamka di sekolahkan ayahnya di sekolah desa pada pagi hari. Kemudian pada tahun
ke 1916, Jainudin Labai El-yunusi mendirikan sekolah diniyah petang hari di
pasar Usang padang panjang, lalu Hamka pun sekolah disana pada sore hari. Dan
pada tahun 1918 Hamka masuk ke Thawalib School (madrasah tempat
ayah Hamka memberi pengajaran agama). Hamka tidak sempat memperoleh pendidikan
tinggi baik sekuler ataupun keagamaan. Ia hanya masuk sekolah desa selama 3
tahun, dan kira kira selama 3 tahun pula di sekolah sekolah agama. Tetapi Hamka
berbakat dalam bidang bahasa arab. Hamka lahir dari lima generasi ulama yang
mereka kuasai adalah bahasa arab.[1]
Sejak berusia sangat muda Hamka sudah dikenal sebagai seorang kelana.
Ayahnya bahkan memberinya nama “Sibujang Jauh”. Pada tahun 1924 pada
usia 16 tahun ia pergi ke Jawa untuk mempelajari tentang gerakan Islam modern.
Pada Juli 1925 ia mendirikan Tablig Muhamadiyah di rumah ayahnya di Gatangan,
Padang Panjang. Dan sejak itulah ia berkiprah di Muhamadiyah setelah berkenalan
dengan tokoh Muhamadiyah di Pekalongan. Pada Februari 1927 ia berangkat ke Makkah
untuk menunaikan ibadah Haji dan bermukim disana sekitar 6 bulan. Selama di Mekkah
beliau bekerja disebuah percetakan dan kemudian ia pulang ke Medan dan menjadi
guru agama pada sebuah perkebunan selama beberapa bulan dan kembali ke kampung
halamannya pada tahun 1927.[2]
Tahun 1928 Hamka menjadi peserta muktamar Muhamadiyah di Solo. Sejak saat
itu ia selalu hadir dalam muktamar Muhmadiyah hingga akhir hayatnya sejak saat
itu hamka memangku beberapa jabatan, mulai dari ketua bagian taman pustaka,
ketua tablig, hingga menjadi ketua Muhamadiyah cabang Padang Panjang. Pada
tahun 1930 ia mendirikan Muhamadiyah di Bengkalis. Pada 1931 Hamka ke makasar
untuk menjadi mubalig muhamadiyah dalam rangka menggerakkan semangat untuk
menyambut muktamar muhamadiyah ke 21 (mei 1932) di Makasar. Pada 1934 ia di
angkat menjadi Majelis Konsul Muhamadiyah Sumatra Tengah. Pada 22 Januari
1936 ia pindah ke Medan dan Menggawangi gerakan Muhamadiyah di Sumatra Timur.
Ia juga memimpin majalah Pedoman Masyarakat. Pada 1942 ia terpiih menjadi
pemimpin Muhamadiyah Sumatra Timur dan pada Tahun 1945 ia pindah ke Sumatra
Barat dan terpilih menjadi pimpinan Muhamadiyah Sumatra Barat pada 1946-1949.
Pada muktamar Muhamadiyah ke 32 di Purwokerto (1953), Hamka terpilih menjadi
anggota pimpinan pusat Muhamadiyah dan semenjak itu ia selalu dipilih dalam
muktamar, tetapi pada 1971 ia memohon izin untuk tidak di pilih karna uzur,
tetapi ia diangkat menjadi penasihat pimpinan pusat Muhamadiyah sampai akhir
hayatnya.[3]
Sejak 1949 Hamka pindah ke Jakarta setelah tercapainya persetujuan Roem
Royen. Dan pada tahun 1950 ia menjabat pegawai negeri golongan F di kementrian
agama yuang di pimpin KH. Abdul Wahid Hasyim. Saat itu ia juga ditugaskan
memberi kuliah di beberapa perguruan tinggi Islam.[4]
B. Pemikiran Hamka
Tentang Tasawuf
Pemikiran Hamka lebih banyak tercurah pada soal soal iman, akhlak dan aspek
aspek sosial, diluar lingkup pengertian tradiosional tentang muamalah. Menurut Hamka
hakikat tasawuf adalah usaha yang bertujuan untuk memperbaiki budi dan
membersihkan batin. Artinya tasawuf adalah alat untuk membentengi dari
kemungkinan seseorang melakukan keburukan, intinya berzuhud sebagaimana teladan
hidup yang dicontohkan Rosulallah lewat sunnah yang sahih. Tasawuf yang di
tawarkan Hamka adalah tasawuf modern atau tasawuf positif berdasarkan tauhid.
Jalan tasawufnya melalui sikap zuhudyang di laksanakan dalam ibadah resmi sikap
zuhud, yang tidak perlu menjauhi kehidupan normal. Penghayatan tasawufnya
berupa pengalaman takwa yang inamis bukan ingin bersatu dengan tuhan. Dan
refleksinya berupa kenampakan kepekaan sosial.[5]
Di antara pemikiran Hamka yaitu pendidikan, menurut Hamka pendidikan adalah
sarana untuk mendidik watak pribadi. Manusia tidak hanya untuk mengenal apa
yang di maksud dengan baik dan buruk tapi juga beribadah kepada Allah dan berguna
untuk sesama dan lingkungan. Karena itu sistem pendidikan modern harus di
imbangi dengan pendidikan agama.[6]
Tasawuf modern tersebut sangat membekas pada warga muhamadiyah dan gerakan
modernis lainnya.[7]
C. Corak
Pemikiran Tasawuf Hamka
Dilihat secara sepintas, corak pemikiran Hamka mengacu kepada tasawuf
falsafi. Karena konsepsi tentang tuhan merupakan perkembangan lebih lanjut dari
pemikiran para ahli kalam dan filsuf. Hamka pun mengaku sendiri dalam
Tasawuf Modernnya itu, bahwa itu bukan ciptaan otaknya karena beliau waktu
itu masih muda dan sedikit pengetahuannya. Tetapi di lihat dari buku karangan
ahli filsafat dan tasawuf Islam di bandingkan dengan alQuran dan hadist. Corak
pemikiran Hamka belum ada kepastian sebagaiman atasawufnya para sufi lain. Hamka
tidak memiliki pengalaman kesufian. Hanya Hamka mereformulasikan konsep ilmu
tasawuf dengan caranya sendiri karena tidak ingin melihat ekonomi Islam lemah,
maka beliau merumuskan tasawuf modern yang sama sekali tidak meningggalkan
keduniaan. Dan tasawuf Hamka merupakan solusi agar umat islam tidak
menyalahartikan zuhud yang harus meninggalkan dunia.[8]
D. Karya-karya
Tulis Hamka
Pemikiran pemikiran Hamka di berbagai bidang dapat di kaji dan di ketahui
melalui berbagai karya karyanya, diantara karya karya tersebut yang menjadi
objek penelitian, seperti:
Tasawuf modern: Buku ini adalah kumpulan artikel yang
di muat dalam Pedoman masyarakat 1993-1998, karena tuntutan masyarakat kemudian
artikel tersebut di terbitkan. Lembaga
Budi: Terdiri dari X1 bab, Ditulis pada tahun 1939. Falsafah Hidup: Diterbitkan
tahun 1949. Lembaga Hidu:.
Diterbitkan pertama kali di medan pada tahun 1941. Pelajaran Agama Islam: 1956.
Tafsir Alazhar juz 1-XXX: Karya ini sangat
monumental, ditulis pada tahun 1962. Ayahku; riwayat hidup Dr.Haji Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di
sumatera: Dicetak pada tahun 1950. Kenang Kenangan Hidup: Buku
tentang kehidupan Hamka dari kecil hingga dewasa, Diterbitkan pada tahun 1951.
Islam dan Alat Minagkabau.
Sejarah Umat Islam: Ditulis
tahun 1951. Studi islam:
Buku ini awalnya adalah 5 artikel yang telah ditulis dan dimuat di panji
Masyarakat, dicetak tahun 1982. Kedudukan
perempuan dalam islam: Diterbitkan tahun 1973. Demikian banyak karya
karya tulis Hamka. Selain di atas terdapat banyak lagi karya karyanya. Melalui
karya karyanya Hamka mampu menawarkan ide ide yang begitu menarik. Tetapi Hamka
jarang sekali mencantumkan rujukan rujukan dari pandangan pandangannya. Tetapi
bukan berarti mengurangi kredibilitasnya sebagai seorang intlektual.[9]
Berikut ini kumpulan
daftar karya-karya Hamka, yaitu:
1.
Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
2.
Si Sabariah. (1928)
3.
Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
4.
Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
5.
Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
6.
Kepentingan melakukan tabligh (1929).
7.
Hikmat Isra’ dan Mikraj.
8.
Arkanul Islam (1932) di Makassar.
9.
Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
10.
Majallah ‘Tentera’ (4 nomor) 1932, di Makassar.
11.
Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
12.
Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
13.
Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.
14.
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
15.
Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
16.
Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
17.
Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
18.
Tuan Direktur 1939.
19.
Dijemput mamaknya,1939.
20.
Keadilan Ilahy 1939.
21.
Tashawwuf Modern 1939.
22.
Falsafah Hidup 1939.
23.
Lembaga Hidup 1940.
24.
Lembaga Budi 1940.
25.
Majallah ‘Semangat Islam’ (Zaman
Jepun 1943).
26.
Majallah ‘Menara’ (Terbit di
Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.
27.
Negara Islam (1946).
28.
Islam dan Demokrasi,1946.
29.
Revolusi Pikiran,1946.
30.
Revolusi Agama,1946.
31.
Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.
32.
Dibantingkan ombak masyarakat,1946.
33.
Didalam Lembah cita-cita,1946.
34.
Sesudah naskah Renville,1947.
35.
Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
36.
Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.
37.
Ayahku,1950 di Jakarta.
38.
Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
39.
Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
40.
Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
41.
Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun
1950.
42.
Kenangan-kenangan hidup 2.
43.
Kenangan-kenangan hidup 3.
BAB III
KESIMPULAN
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki. Meski banyak rumusan-rumusan
tentang kebahagiaan datang, namun Islam lah satu-satunya jalan itu. Agama yang
akan dijadikan sandaran dan kerangka hidup bukanlah agama Islam yang saat ini
dipahami telah terpecah belah menjadi memiliki sekte-sektenya masing-masing,
dan dengan praktik ibadah yang mereka buat serta mereka yakini masing-masing
untuk diamalkan, sehingga sesungguhnya mereka sendiri telah jauh dari sumber
utama (Al-Qur’an dan Sunnah). Oleh karenanya, Hamka menginginkan agar agama
Islam yang menjadi kerangkan dalam hidup itu adalah agama Islam yang murni,
terbebas dari praktek syirik, bid’ah dan khurafat.
Konsep-konsep tasawuf yang diterangkan Hamka sangat dinamis. Ia memahami
tasawuf dengan pemahaman yang lebih tepat dengan ruh dan semangat ajaran Islam.
Hamka tidak memahami tasawuf sebagaimana gerakan tarekat dan sufistik pada
umumnya. Tasawuf model Hamka ini menandingi tasawuf tradisional yang cenderung
membawa bibit-bibit kebid’ahan, khufarat, dan kesyirikan. Sementara Hamka
adalah ulama Mordenis (Mujaddid) yang begitu anti dengan hal-hal tersebut.
Dapat dikatakan, corak taswuf Hamka adalah tasawuf pemurnian.
DAFTAR PUSTAKA
Solihin. 2008.
Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia
Nizar, samsul.
2008. Memperbincangkan Dinamika Intlektual dan Pemikiran Hamka tentang
Pendidikan Islam, Jakarta: kencana
Mohammad, Herry.
2006. Tokoh tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema insani
Departemen
Agama RI. 1993. Ensiklopedi Islam,
Jakarta: Anda Utama
Armando, Nina.
2005. Ensiklopedi islam, Jakarta: Ichtiar baru van hoeve
Tidak ada komentar:
Posting Komentar