BAB
I
PENDAHULUAN
Cinta kasih
merupakan perpaduan dua kata yang mengandung arti psikologis yang dalam, yang
sulit didefinisikan dengan rangkaian kata-kata. Mungkin cinta baru dapat
dimengerti atau dirasakan bagi orang yang sudah atau sedang dirundung cinta.
Cinta kasih merupakan karunia Allah SWT kepada umat-Nya, manusia makhluk yang
paling sempurna dan sebagai khalifah-Nya di muka bumi tercinta ini. Allah
menjadikan cinta kasih antara suami istri sebagai bagian dari tanda-tanda
kekuasaan-Nya dan bukti kekuasaan-Nya.[1]
Firman-Nya
:
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Ia menciptakan istri-istri bagimu dari
kalanganmu sendiri supaya kamu dapat hidup tenang bersama mereka diadakan-Nya
cinta kasih sayang antara kamu, sungguh dalam yang demikian itu ada tanda-tanda
bagi orang yang menggunakan pikiran. (QS Ar-Rum : 21)
Cinta memainkan
peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab ia merupakan landasan kehidupan
perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak-anak. Ia adalah landasan
hubungan erat di masyarakat dan pembentukan hubungan-hubungan manusiawi yang
akrab. Ia adalah pengikat yang kokoh dalam hubungan antara manusia dengan
Tuhannya dan membuatnya ikhlas berkorban, ikhlas dalam menyembah-Nya, mengikuti
jalan-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Arti Cinta Kasih
Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa yang sangat
suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada) ataupun (rasa) sangat kasih atau
tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan atau cinta (kepada)
atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta kasih itu hampir sama
sehingga dapat dikatakan kata kasih lebih memperkuat kata cinta. Karena itu,
cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang
yang disertai dengan perasaan belas kasihan.[2]
Sedangkan menurut Drs.
H. Rohiman Notowidgo dalam buku Ilmu Budaya Dasar Berdasarkkan Al-Qur’an dan
Hadits, cinta kasih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan dan
pengabdian yang diungkapkan dalam tingkah laku yang bertanggung jawab.[3]
Sedangkan
menurut Drs. Mawardi dan Ir. Nurhayati dalam bukunya, cinta kasih adalah tanda
kehidupan spiritual dalam kaidah orang mukmin dalam kehidupan islami, dalam
agama, keluarga, kelompok, sosial dan bangsa.[4]
B. Macam-Macam Cinta
1.
Cinta
kepada Allah
Allah adalah pemberi cahaya (kehidupan). Dia
Maha Besar, Maha Adil, Maha Sejahtera. Maka, barang siapa yang mencintai cahaya
(petunjuk) dan kebenaran, keadilan dan
kebaikan serta keselamatan dan kesejahteraan, berarti ia telah mencintai Allah,
karena Dia adalah Maha Cinta.
Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan
spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya.[5]
Diantara
objek-objek pemujaan, ada ditujukan kepada Yang Maha Kuasa, bersifat pemujaan
tertinggi. Pemujaan terhadap Yang Maha Kuasa disebabkan adanya kesadaran
manusia atas kekuasaan dan kemampuan yang lebih tinggi dari kekuasaan dan
kemampuannya, yaitu kekuasaan dan kemampuan yang dapat menentukan hidup matinya
seluruh makhluk dimuka bumi ini.[6]
Cinta yang ikhlas
seseorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan
pendorong yang mengarahkan kehidupannya dan menundukan semua bentuk kecintaan
lainya. Cinta ini juga akan membuatnya menjadi seseorang yang cinta kepada
sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam semesta.
Ibu
Qayyim, dalam kitabnya Madariyus Shalihin Juz 1 halaman 99, mengatakan:
“Pokok ibadah adalah cinta kepada Allah, bahkan
mengkhususkan cinta hanya kepada Allah, tidak mencintai yang lain, bersamaan
mencintai-Nya. Ia mencintai sesuatu hanyalah karena Allah dan jalan Allah”
Demikianlah
jalan cinta, berawal dari perintah Ilahi, berakhir dengan ketaatan insani.[7]
2.
Cinta
Kepada Rasul ( Muhammad SAW )
Cinta kepada
Rasul, yang di utus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, untuk
memberikan petunjuk dan membersihkan hati manusia, mengajarkan Al-Qur’an dan
kebijaksanaan, di pilih sebagai penutup para Nabi, menjadi rasul bagi seluruh
umat manusia, dan di turunkan kepadanya
al-Qur’an, kitab Allah yang abadi dan pembenar kitab-kitab_Nya yang telah diturunkan
sebelumnya, menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Karena
Rasulullah merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral,
maupun berbagai sifat luhur lainya. Sebagai di kemukakan al-Qur’an :
“
Dan sesungguhnya kamu benar -benar
berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al- Qalam : 4 )
Dia kekasih
Allah dan yang dicintai-Nya... Dia orang Muslim paling awal dan terdepan,
pemimpin para Nabi, Rasul paling utama.
Selama beliau
menjadi petunjuk kejalan Allah, dan menunjukkan kejalan Allah, maka manusia wajib
melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Firman
Allah :
“Apa yang dibawa Rasul kepadamu, ambillah. Dan
apa yang dilarangnya, tinggalkanlah.” ( QS. Al-Hijr : 7 )[8]
3.
Cinta
Orang Tua
Anak merupakan
buah alami dari kuatnya kasih sayang suami istri, status sebagai ayah dan ibu
merupakan kedudukan mulia, penuh makna sebagai ekspresi bahwa Tuhan telah menumpahkan
rahmatnya, sehingga keduanya saling dipenuhi rasa kasih sayang dan perasaan
tertarik, serta perasaan terikat satu sama lain secara langgeng.
Ikatan yang kuat
antara orang tua dengan anak-anaknya merupakan salah satu bentuk hubungan antar
manusia yang paling teguh dan mulia.
Cinta orang tua
kepada anak-anaknya tidak boleh sama sekali diselingi oleh keraguan. Cinta
semacam itu merupakan tanda ke-Tuhanan dan suatu rahmat yang besar bagi
kemanusiaan.
Allah
berfirman :
”Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang.
(QS. Ar-Rum, 30 : 21).[9]
Ikatan keluarga dalam islam dianggap sebagai
pemula kelompok sosial. Keluarga terdiri dari orang tua dan anak-anak dan dalam
hati orang tua tersebut bersemayam rasa cinta terhadap anak-anaknya yang tak
pernah putus. Cinta tersebut adalah cahaya yang diberikan Tuhan kepada mereka.
Allah
berfirman
4.
Cinta
diri sendiri
Ada juga kasih
sayang yang bersumber pada antara diri sendiri ( self love ). banyak orang
menafsirkan bahwa cinta kepada diri sendiri diidentifikasikan dengan egoisbis. Apabila
maksudnya demikian, maka cinta diri sendiri bernilai negatif. Tetapi, apabila
diartikan cinta diri sendiri dengan
mengurus diri sendiri sehingga kebutuhan jasmani dan rohaninya terpenuhi secara
wajar, maka cinta diri sendiri bernilai positif.[10]
Al-Qur’an telah
mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri, kecenderungannya
untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan
menghindar dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatannya, melalui ucapan
nabi SAW.[11]
Diantara gejala
yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri, ialah kecintaan
terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya dan memudahkan
baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup.
5.
Cinta
Keibuan
Kasih sayang
yang bersumber pada cinta keibuan, terhadap pada diri seorang ibu terhadap
anaknya. Ibu yang memperoleh benih anak dari suaminya tercinta akan memelihara
anaknya secara hati-hati dan penuh kasih sayang demi keselamatan keturunannya.
Selain ibu, rasa cinta keibuan juga dimiliki oleh guru taman kanak-kanak atau
perawat. Sebagian besar adalah wanita yang memiliki naluri alamiah seperti
seorang ibu.[12]
6.
Cinta
Sesama Manusia
Agar manusia
dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, manusia
tidak boleh membatasi cintanya pada dirinya sendiri dan egoisme. Hendaknya ia
menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang kepada orang lain,
berkerja sama atau memberi bantuan kepada mereka.
Al-Qur’an juga
menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling mencintai seperi cinta
mereka kepada dirinya sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terkandung
pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebihan dalam mencintai diri
sendiri dan mengarahkan cinta mereka kepada saudara mereka seiman.
Seperti
firman Allah :
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. ( QS.Al-Hujarat
: 10 )[13]
7.
Cinta
Erotis / Seksual
Cinta erat
kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab dialah yang bekerja dalam melestarikan
kasih sayang, keserasian dan kerja sama antara suami dan istri. Ia merupakan
faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga.[14]
Kasih sayang
yang bersumber dari cinta erotis merupakan suatu yang sifatnya ekslusif
(khusus), sehingga sering memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal ini disebabkan
letak antara cinta dan nafsu tidak berbeda jauh.[15]
Dorongan seksual
merupakan landasan pembentukan keluarga, dimana suami istri sama-sama
mendapatkan kedamaian hati, sehingga timbul rasa tentram, aman dan damai. Dan
antara keduanya timbul rasa cinta, kasih sayang dan rahmat yang mendorong tetap
terpeliharanya kehidupan bersama denga harmonisnya dan rasa tolong menolong.
Sehingga akan timbul suasana segar, bagi pertumbuhan anak-anak, pemeliharaan
dan pembentukan kepribadian mereka secara sehat.
Islam menyerukan
pengendaliannya dan penguasaan cinta ini lewat pemenuhan dorongan tersebut
dengan cara yang sah yaitu dengan perkawinan.[16]
BAB
III
KESIMPULAN
Cinta kasih
merupakan perpaduan dua kata yang mengandung arti psikologis yang dalam, yang
sulit didefinisikan dengan rangkaian kata-kata. Mungkin cinta baru dapat
dimengerti atau dirasakan bagi orang yang sudah atau sedang dirundung cinta.
Cinta kasih merupakan karunia Allah SWT kepada umat-Nya, manusia makhluk yang
paling sempurna dan sebagai khalifah-Nya di muka bumi tercinta ini. Allah
menjadikan cinta kasih antara suami istri sebagai bagian dari tanda-tanda
kekuasaan-Nya dan bukti kekuasaan-Nya
Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa yang
sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada) ataupun (rasa) sangat kasih
atau tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan atau cinta
(kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta kasih itu
hampir sama sehingga dapat dikatakan kata kasih lebih memperkuat kata cinta.
Karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada
seseorang yang disertai dengan perasaan belas kasihan.
Macam-Macam
Cinta yaitu:
o
Cinta
kepada Allah
o
Cinta
Kepada Rasul ( Muhammad SAW )
o
Cinta
orang tua
o
Cinta
diri sendiri
o
Cinta
Keibuan
o
Cinta
Sesama Manusia
o
Cinta
Erotis / Seksual
DAFTAR
PUSTAKA
Notowidgo,
Drs. H. Rohiman. 2002. Ilmu Budaya Dasar
Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta: PT Grafindo Persada.
Drs.
H. Ahmad Mustofa. 1999. Ilmu Budaya
Dasar, Bandung: Pustaka Setia.
Drs.
Mawardi dan Ir. Nurhayati.2000. IAD-ISD-IBD,
Bandung: CV Pustaka Setia.
[1] Drs. H. Rohiman Notowidgo, Ilmu
Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: PT Grafindo
Persada, 2002)hal 69
[2] Drs. H. Ahmad Mustofa, Ilmu
Budaya Dasar, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal 83
[3] Drs. Rohiman Notowidgo. Opcit, hal
[4] Drs. Mawardi dan Ir. Nurhayati, IAD-ISD-IBD
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hal 69
[5] Drs. H. Mawardi dan Ir. Nurhayati. Opcit. Hal, 72
[6] Drs. H. Ahmad Mustofa. Opcit, hal 89
[7] Drs. Mawardi dan Ir. Nurhayati. Opcit, hal 73
[8] Ibid... hal 74-75
[9] Ibid... hal 75-76
[10] Drs. H. Ahmad Mustafa. Opcit, hal 89
[11] Drs. Mawardi dan Ir. Nurhayati. Opcit, hal 77-78
[12] Drs. H. Ahmad Mustafa. Opcit, hal 90
[13] Drs. Mawardi dan Ir. Nurhayati. Opcit, hal 79-80
[14] Drs. Rohiman Notowidgo. Opcit, hal 80-81
[15] Drs. H. Ahmad Mustafa. Opcit, hal 89
[16] Drs. Rohiman Notowidgo. Opcit, hal 81-82
Tidak ada komentar:
Posting Komentar