Selasa, 09 April 2013

QANUN "Asas Hukum Umum"



BAB I
PENDAHULUAN

Memahami Ilmu Perundang-undangan sangatlah penting, seperti salah satunya memahami tentang asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan, karena di dalamnya terdapat acuan bagaimana cara melahirkan sebuah produk hukum dalam hal ini undang-undang yang sesuai dengan kebutuhan publik pada saat itu. Jika kita tidak berpedoman kepada asas-asas tersebut maka kemungkinan besar kita akan mendapatkan banyak kekeliruan dalam penetapan dalam sebuah hukum, seperti halnya salah satu asasnya adalah peraturan yang bersifat khusus menyampingkan peraturan yang bersifat umum.
Banyak pakar yang telah melahirkan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan, yang pada hakikatnya tujuannya yang sama. intinya mereka semua ingin melahirkan produk hukum yang efisien dan efektif.
Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang baik akan banyak manunjang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan  sehingga lebih memungkinkan tercapainya tujuan negara yang diinginkan. Untuk membuat suatu peraturan perundang-undangan yang baik sangat diperlukan adanya persiapan yang matang dan mendalam, mengenai materi muatan yang akan diatur di dalam undang-undang, tentang bagaimana menuangkan materi muatan di dalam suatu peraturan perundang-undangan secara singkat dan jelas, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, disusun secara sistematis, tanpa meninggalkan tata cara yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia dalam penyusunan kalimatnya.


BABII
PEMBAHASAN

A.    Asas-Asas Pembentuk Peraturan Perundang-Undangan
Asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan berpikir, berpendapat dan bertindak. Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Padanan kata asas adalah prinisip yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berpikir, berpendapat dan bertindak.
Dalam menyusun peraturan perundang-undangan banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya. Meskipun berbeda redaksi, pada dasarnya beragam pendapat itu mengarah pada substansi yang sama. Berikut ini adalah beberapa pendapat ahli mengenai azas-azas pembentukan peraturan perundang-undangan;
Prof. Purnadi Purbacaraka dan Prof. Soerjono Soekanto, memperkenalkan enam asas sebagai berikut:
1.      Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut (non retroaktif);
2.      Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula;
3.      Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus menyampingkan peraturan perundang-undangan yang bersifat umum (lex specialis derogat lex generalis);
4.      Peraturan perundang-undangan yang berlaku belakangan membatal-kan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdahulu (lex posteriori derogate lex periori);
5.      Peraturan perundang-undangan tidak dapat di ganggu gugat;
6.      Peraturan perundang-undangan sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan materil bagi masyarakat maupun individu, melalui pembaharuan atau pelestarian (asas welvaarstaat).
Hampir sama dengan pendapat ahli sebelumnya Amiroedin Sjarief, mengajukan lima asas, sebagai berikut:
1.      Asas tingkatan hirarkhi;
2.      Peraturan perundang-undangan tidak dapat di ganggu gugat;
3.      Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus menyam-pingkan UU yang bersifat umum (lex specialis derogate lex generalis);
4.      Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut;
5.      UU yang baru menyampingkan UU yang lama (lex posteriori derogat lex periori).
Pendapat yang lebih terperinci di kemukakan oleh I.C van der Vlies di mana asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu asas formal dan asas materil.
Asas formal mencakup:
a.       Asas tujuan yang jelas (beginsel van duetlijke doelstelling);
b.       Asas organ / lembaga yang tepat (beginsel van het juiste organ);
c.       Asas perlu pengaturan (het noodzakelijkheids beginsel);
d.      Asas dapat dilaksanakan (het beginsel van uitvoorbaarheid);
e.       Asas konsensus (het beginsel van consensus).
Sedangkan yang termasuk dalam asas materil adalah sebagai berkut:
a.       Asas terminologi dan sistimatika yang benar;
b.       Asas dapat dikenali;
c.        Asas perlakuan yang sama dalam hukum;
d.      Asas kepastian hukum;
e.       Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual;
Pendapat A. Hamid S. Attamimi sebagaimana dikutip oleh Maria Farida, yang mengatakan bahwa pembentukan peraturan perundang–undangan Indonesia yang patut akan mengikuti pedoman dan bimbingan yang diberikan oleh cita negara hukum yang tidak lain adalah Pancasila, yang oleh Attamimi diistilahkan sebagai bintang pemandu, prinsip negara hukum dan konstitusionalisme, di mana sebuah negara menganut paham konstitusi.
Lebih lanjut mengenai A. Hamid. S. Attamimi, mengatakan jika dihubungkan pembagian atas asas formal dan materil, maka pembagiannya sebagai berikut :
a.       Asas–asas formal:
ü  Asas tujuan yang jelas.
ü  Asas perlunya pengaturan.
ü  Asas organ / lembaga yang tepat.
ü  Asas materi muatan yang tepat.
ü  Asas dapat dilaksanakan.
ü  Asas dapat dikenali.
b.      Asas–asas materiil:
ü  Asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan norma fundamental negara.
ü  Asas sesuai dengan hukum dasar negara.
ü  Asas sesuai dengan prinsip negara berdasarkan hukum.
ü  Asas sesuai dengan prinsip pemerintahan berdasarkan konstitusi.
Dalam Islam, prinsip-prinsip perumusan peraturan perundang-undangan (qanun) juga telah lama diperkenalkan oleh ahli Islam seperti Al Ghazali, Ibnu al Qayyim al Jauziyah, dan tokoh-tokoh kontemporer lainnya. Beberapa prinsip itu antara lain:
a.       Pluralisme (al ta’addudiyyah);
b.      Nasionalitas (muwathanah);
c.       Penegakan hak asasi manusia (iqamat al huquq al Insaniyah);
Terdapat enam hak yang dikenal dalam disiplin Syariat Islam, yaitu:
ü  Hak untuk hidup (hifdz al nafs aw al hayat)
ü  Hak kebebasan beragama (hifdz a din)
ü  Hak kebebasan berfikir (hifdz al aqli)
ü  Hak properti (hifdz al maal)
ü  Hak untuk mempertahankan nama baik (hifdz al irdh)
ü  Hak untuk memiliki garis keturunan (hifdz al nasl)
d.      Demokratis: secara prinsipil nilai-nilai Islam berkesesuaian (compatibel) dengan nilai-nilai demokrasi. Beberapa di antaranya:
ü  Egalitarianisme (al musawah)
ü  Kemerdekaan (al hurriyyah)
ü  Persaudaraan (al ukhuwwah)
ü  Keadilan (al adalah)
ü  Musyawarah (al syuro)
ü  Kemaslahatan (al mashlahah)
e.       Kesetaraan dan keadilan gender: setiap kebijakan disusun tidak boleh membedakan setiap jenis kelamin. Ia harus mengakomodasi dan mensetarakan gender.

B.     Asas-Asas Hukum Umum
ü  Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut (non retroaktif);
ü  Asas kepatuhan pada hirarkhi (lex superior derogat lex inferior);
ü  Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus menyampingkan peraturan perundang-undangan yang bersifat umum (lex specialis derogat lex generalis);
ü  Peraturan perundang-undangan yang berlaku belakangan membatalkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdahulu (lex posteriori derogate lex periori);


C.     Asas Material/ Prinsip-Prinsip Substantif
Secara umum, prinsip-prinsip yang dapat dijadikan acuan dalam menilai substansi/ materi muatan peraturan perundang-undangan ada 3 yaitu:
ü  nilai-nilai hak asasi manusia (HAM) dan keadilan gender yang sudah tercantum di dalam konstitusi;
ü  jaminan integritas hukum nasional; dan
ü  peran negara versus masyarakat dalam negara demokrasi.
Ketiga prinsip dasar di atas, jika diturunkan secara lebih rinci adalah sebagai berikut:
ü  Pengayoman;
ü  Kemanusiaan;
ü  Kebangsaan;
ü  Bhinneka Tunggal Ika;
ü  Keadilan; memuat misi keadilan.
ü  Kesamaan kedudukan di muka hukum dan pemerintahan;
ü  Ketertiban dan kepastian hukum;
ü  Keseimbangan, keseresaian, dan keselarasan;
ü  Keadilan dan kesetaraan gender;
ü  Antidiskriminasi;
ü  Kejelasan tujuan;
ü  Ketepatan kelembagaan pembentuk Perda;
ü  Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
ü  Dapat dilaksanakan;
ü  Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
ü  Kejelasan rumusan;
ü  Rumusan yang komprehensif;
ü  Universal dan visioner;
ü  Fair trial (peradilan yang fair dan adil);
ü  Membuka kemungkinan koreksi dan evaluasi;

D.    Prinsip-Prinsip Teknik Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Proses pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik harus memenuhi asas atau prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.       Aksessibilitas dan keterbukaan; proses pembentukan peraturan perundang-undangan yang meliputi perencanaan, persiapan, pembentukan, dan pembahasan harus bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap orang.
b.      Akuntabilitas; proses peraturan perundang-undangan harus dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka yang meliputi: akurasi perencanaan kerja, kinerja lembaga legislatif dan eksekutif, serta pembiayaan.
c.       Partisipasi publik; proses pembentukan peraturan perundang-undangan membutuhkan kemampuan menangkap aspirasi dan kekhawatiran publik; kecermatan memahami masalah secara akurat; serta kapasitasnya menemukan titik-titik konsensus antara berbagai pengemban kepentingan tentang suatu isu atau permasalahan, termasuk penyediaan mekanisme partisipasi dan pengelolaan aspirasi.
d.      Ketersediaan kajian akademik; proses pembentukan peraturan perundang-undangan harus didahului dengan kajian mendalam atas masalah yang dihadapi atau hal-hal yang hendak diatur, yang biasanya dituangkan dalam bentuk draft akademik.
e.       Kekeluargaan; proses pengambilan kesepakatan diupayakan dengan jalan musyawarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar